Selasa, 18 Oktober 2011

Aplikasi iPhone Bantu Seorang Suami Ungkap Perselingkuhan Istri


REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA - Kontroversi muncul saat Apple leuncurkan sistem operasi baru iOS 5 yang ditempelkan pada iPhone 4S. Di dalamnya, ada aplikasi baru berlabel "Find My Friends", layanan berbasis GPS yang membantu penggunanya menemukan orang-orang di sekelilingnya. Jika mereka setuju, Anda bisa menemukan lokasi mereka dalam peta di layar Anda.
Banyak yang terbantu dengan layanan ini. Tak sedikit, banyak pula yang privasinya mulai terganggu.
Dalam situs MacRumors.com, segala ungkapan terkait layanan "Find My Friends" bisa ditemukan. Di antaranya, ada seorang pria asal New York yang mengaku mengungkap perselingkuhan istrinya melalui iPhone 4S terbaru milik wanita yang belum lima tahun dinikahinya itu.
Pria itu mengisahkan, tanpa setahu sang istri, ia menginstal aplikasi itu.
Suatu hari, ia bertanya pada istrinya yang belum juga pulang ke rumah tentang posisinya saat itu. Sang istri menjawab, dia berada di sebuah perdesaan, berkunjung ke rumah teman wanitanya. Ia segera mengecek melalui "Find My Friends" dan menemukan, sang istri ternyata tidak berada di lokasi yang disebutnya, tapi di tempat lain.
Belakangan ketika dicek, ternyata sang istri tengah bersama pria lain hanya beberapa jengkal dari tempatnya tinggal. "Terima kasih Apple, kini kami tengah berbicara melalui pengacara kami masing-masing (untuk bercerai)," tulisnya.
Arnold Kim, direktur editorial MacRumors, menyatakan, thread 'pengungkapan perselingkuhan' menjadi thread tersibuk belakangan ini. Semoa orang yang ingin berkomentar dalam forum ini teregistrasi dan melalui proses validasi terlebih dulu.

Rabu, 05 Oktober 2011

THE 2nd JAKARTA INTERNATIONAL LITERARY FESTIVAL (JILFest) 2011 : LOMBA MENULIS CERPEN



LOMBA MENULIS CERPEN

“Spirit Persaudaraan dan Multikulturalisme”


Kerja Sama:

Komunitas Sastra Indonesia (KSI)

Komunitas Cerpen Indonesia (KCI)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi DKI Jakarta

Dasar Pemikiran 


Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, kota internasional, dan berbagai predikat lainnya –yang melekat pada reputasi dan nama baik Jakarta yang merepresentasikan citra Indonesia— memiliki arti penting tidak hanya bagi warga Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat dunia. Artinya, posisi Jakarta sangat strategis bagi usaha mengangkat keharuman Indonesia serta menjalin kerja sama budaya untuk memperkenalkan Indonesia ke pentas dunia.

Dalam khazanah kesusastraan Indonesia, Jakarta dengan berbagai kekayaan kebudayaannya, keberagaman masyarakatnya, percepatan pembangunannya, serta latar geografik dan latar alamnya yang memancarkan perpaduan modernisme dan eksotisme, telah sejak lama menjadi lahan garapan para sastrawan Indonesia, bahkan juga sastrawan dari mancanegara. Kini, selepas memasuki alaf baru dan zaman ingar-bingar reformasi, sejauh manakah Jakarta masih memancarkan pesonanya, auranya yang menyebarkan daya tarik, dan semangat yang merepresentasikan keindonesiaan.

Dalam kaitan itulah, lomba penulisan cerita pendek berlatar Jakarta dengan tema “spirit persaudaraan dan multikulturalisme”, akan menawarkan catatan estetik yang khas, sekaligus juga universal dalam sebuah kemasan karya sastra. Maka, karya itu hadir sebagai totalitas kreativitas pengarang. Tanpa itu, latar atau tema Jakarta hanya akan menjadi sesuatu yang artifisial, tempelan, dan tidak menyodorkan ruh Jakarta sebagai representasi keindonesiaan.

Tema

“ Sprit persaudaraan dan multikulturalisme “.

Ketentuan Umum

  1. Lomba ini terbuka bagi warga dunia (warga Indonesia dan warga asing)
  2. Biodata dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon, ponsel, dan e-mail) disertakan di luar naskah lomba.
  3. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah lomba.
  4. Naskah lomba belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
  5. Naskah lomba ditulis dalam bahasa Indonesia dan merupakan karya asli.
  6. Naskah lomba dikirim kepada Panitia sebanyak 5 (lima) kopi, disertai CD atau flash disk berisi file naskah, selambat-lambatnya tanggal  15 Oktober 2011 (stempel pos).
  7. Di sebelah kiri amplop hendaknya ditulis “Lomba Menulis Cerpen JILFets 2011”.

Naskah lomba dialamatkan kepada:
Sekretariat Panitia Lomba Menulis Cerpen

Jakarta International Literary Festival (JILFest) 2011

Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta
Jl.Kuningan Barat No. 2, Gedung B Lt. 3, Kuningan,  Jakarta Selatan
Telp. (021) 5263923

Ketentuan Khusus

  1. Penjabaran tema dalam cerita dan penggambaran latarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
  2. Panjang karangan antara 8.000-15.000 karakter (with space), atau 4-8 halaman ketik 1,5 spasi, kertas ukuran A4 dengan huruf standar (Times New Roman, 12).
  3. Peserta lomba adalah perseorangan, bukan kelompok.
  4. Merupakan karya asli, bukan terjemahan ataupun saduran. Penjiplakan atas karya orang lain dalam bentuk apa pun, tidak dibenarkan, dan panitia berhak  membatalkan keikutsertaannya dalam lomba ini.
  5. Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak diadakan surat-menyurat.


Ketentuan Lain

  1. Pengumuman Lomba dan penyerahan hadiah akan diselenggarakan pada acara khusus dalam rangkaian JILFest 2011, bulan Desember 2011.
  2. Juara 1 s.d 3 akan diundang untuk mengikuti JILFest 2011 di Jakarta.
  3. Hak Cipta ada pada pengarang.
  4. Sebanyak 20 cerpen pilihan berikut karya para pemenang akan diterbitkan dalam bentuk buku, bersama 20 cerpen pilihan dan juara lomba menulis cerpen JILFest 2011. Buku ini diupayakan akan diluncurkan serta didiskusikan dalam JILFest 2011 di Jakarta.
  5. Panitia berhak mengedit kesalahan pengetikan dalam cerpen.


Hadiah dan Honorarium

Juara 1                                  Rp 10.000.000,00
Juara 2                                  Rp 7.500.000,00
Juara 3                                  Rp 5.000.000,00
Juara Harapan 1                Rp 3.500.000,00
Juara Harapan 2                Rp 2.500.000,00

Keterangan Lain:

Juara 1 s.d 3 akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti Jilfest 2011 dengan fasilitas (akomodasi, dan konsumsi) ditanggung Panitia.  Keterangan lengkap tentang lomba ini dapat dilihat pada laman (web site) www.jilfest.org.

Jakarta, 5 Agustus 2011
PANITIA PELAKSANA  JILFest  2011

Selasa, 04 Oktober 2011

BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK

Bandara Internasional Lombok Seperti "Pasar Kaget"
 

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat kacau balau, Minggu (2/10/2011). Suasana bandara yang baru dua hari beroperasi ini mirip pasar kaget, dijejali ribuan penonton.
Aneka panganan seperti kacang rebus, nasi bungkus, hingga durian dijajakan dengan tikar di pelataran bandara berstatus internasional.
Banyak penumpang yang kebingungan karena tidak boleh membawa troli meskipun membawa banyak barang. Kekacauan bandara mulai terasa sejak memasuki kompleks bandara ini. Sepeda motor dan mobil berseliweran, menyulitkan pengantar menurunkan calon penumpang.
Ribuan orang menyesaki halaman depan bandara. Sebagian berdiri di pagar landasan pacu, menonton pesawat yang baru mendarat atau hendak terbang. Banyak yang membawa anak-anak kecil.
Aneka panganan seperti kacang rebus, nasi bungkus, hingga durian dijajakan dengan tikar di pelataran bandara. Bahkan ada juga yang menjual mainan anak-anak seperti balon. Sebagian pengunjung dengan santainya makan di jalan masuk.
Beberapa turis asing yang baru tiba atau hendak terbang terlihat kebingungan. Sebagian tersenyum simpul, menyaksikan bandara yang menyerupai pasar kaget ini.
Kekacauan semakin parah dengan dilarangnya calon penumpang membawa troli barang ke tempat check in. Petugas dengan keras melarang para penumpang membawa troli melewati pintu masuk, sehingga memicu antrean.
Banyak penumpang yang mengeluh dengan kebijakan ini. "Ini aturan apaan, tak ada di bandara manapun di dunia seperti ini. Barang kami banyak sekali, masak tidak boleh bawa troli untuk ke tempat check in," protes Budiawan, calon penumpang yang hendak terbang ke Denpasar.
Dia terpaksa menyeret barang bawaannya yang berupa tenda-tenda dan perlengkapan pendakian lainnya. Budiawan menyayangkan dengan buruknya manajemen bandara, yang menurutnya, telah menciderai pariwisata Lombok.
"Kalau memang belum siap beroperasi kenapa terburu-terburu dibuka? Ini kan menyulitkan calon penumpang," kata dia. (INE/ANG/AIK)


BIL: Bandara Inilah Lombok
Abdul Latif Apriaman*
(Penulis adalah ketua Aliansi Jurnalis Independen – AJI Mataram, Pegiat Apahjagah Institute)
Langit cerah pagi itu. Seorang pedagang bakso cilok menebar senyumnnya—yang juga cerah—kepada sejumlah petugas berpakaian loreng lengkap dengan senjatanya, yang berjaga di depan gerbang. Beberapa meter di depannya sebuah mobil bak terbuka syarat penumpang—yang juga berwajah cerah—melaju dengan tujuan yang sama. Mereka semua adalah bagian dari ratusan bahkan ribuan warga  dari berbagai penjuru yang tak ingin melewatkan kesempatan bersejarah; mereka ingin menjadi saksi beroperasinya sebuah bandar udara yang sudah sangat lekat dengan panggilan BIL.
Kalau saja tidak ada tidak ada papan nama yang menerangkan bahwa lokasi itu adalah Bandara Internasional Lombok, semua orang akan menerka bahwa hari itu mereka layaknya berada di sebuah terminal bus, atau di sebuah lokasi pameran pembangunan yang sangat ramai pengunjung. Selain pedagang bakso cilok tadi, sejumlah pedagang kacang rebus hilir mudik menjajakan dagangan. Sesekali mereka melintas di dekat pedangan mainan anak. Seorang perempuan berbaju lambung lalu lalang  di antara para penumpang dan tamu undangan di pintu masuk keberangkatan. Dengan mata gelisah dia memeriksa ke segala arah, mencari cucunya. Seorang wisatawan asing tampak tersenyum, tak mau kehilangan moment, dengan kameranya dia merekam situasi yang pasti tak pernah dia temukan di negaranya. Semua orang larut dalam perasaan mereka masing-masing menyikapi BIL yang sudah ada di depan mata.
Sabtu, 1 Oktober 2011, pukul 10.08 Wita, roda pesawat  Boeing 737 dengan nomer penerbangan GA 432 mendarat mulus di landasan pacu yang memiliki panjang 2.750 meter. Puluhan bahkan mungkin seratusan kamera --milik wartawan, panitia termasuk kamera pengunjung,  yang juga termasuk kamera  HP--merekam dengan seksama  peristiwa itu. Para tamu undangan bertepuk tangan tanda kegirangan yang bukan kepalang. Tak sedikit yang melewati moment ini dengan mata berkaca-kaca.
Di samping kiri kanan bangunan utama BIL, di bawah terik matahari yang mulai terasa menyengat, ratusan pasang mata warga yang juga tak mau lepas dari detik demi detik peristiwa yang seumur hidup baru mereka alami. Beberapa membawa payung, tapi kebanyakan tanpa penutup kepala. Tontonan yang ada di depan mata mereka begitu kuat daya pikatnya, sehingga sengatan matahari apalah artinya. Toh tubuh mereka juga sudah sangat akrab dengan terik  meyengat itu.
Hingga lepas siang, para tamu undangan sudah pulang, ratusan penumpang juga datang dan pergi silih berganti dengan pesawat yang sudah mulai hilir mudik di apron bandara, tapi pengunjung bukannya berkurang.   Di pintu kedatangan dan keberangktatan, sebagian warga melepas lelah, menikmati makanan dan minuman yang mereka bawa. Para pedagang asongan makin gencar menjajakan dagangan dan suasana ini berlangung hingga malam. Pelataran terminal BIL layaknya pasar malam.
Kepolosan respon warga atas beroperasinya BIL ini mendapat respon di sana-sini. Di dunia maya dan dunia nyata perbincangan akan itu betapa hangatnya. Sebagian menyertainya dengan tertawa, tapi sebagaian lagi mengaku sedih dan malu melihat potret realitas masyarakat yang ada dihadapan kita. Tapi apapun responnya bahwa itulah realitasnya.Di lantai dua dalam gedung utama, Gubernur NTB beserta para pejabat termasuk Dirjen Perhubungan Udara  Kementrian Perhubungan, hampir senada berpidato tentang kegembiraan dan rasa syukur mereka atas beroperasinya BIL yang dihajatkan menjadi pintu gerbang kemajuan NTB, sementara di luar masyarakat yang datang tanpa undangan juga menikmati kehadiran simbol kemajuan itu dengan cara mereka, yang oleh sebagian orang menjadi bahan tertawaan . Tapi mau apalagi. Inilah realitasnya dan apa yang terjadi di hari bersejarah 1 Oktober 2011 itu  seolah ingin memberi pekabaran pada dunia bahwa inilah BIL ; Bandara Inilah Lombok.
Sebuah Peringatan Dini
Untuk membuat areal BIL benar-benar seperti sebuah bandara internasional, bukanlah perkara sulit, dan hal itu sudah terbukti. Setelah sempat dua hari menjadi arena pasar tumpah, pelataran terminal BIL sekarang sudah bersih dari pedagang asongan. Aturan ditegakkan, yang tidak berkepentingan dilarang masuk! Tentu saja dengan kebijakan ini, kita tidak akan melihat lagi sampah kacang rebus atau plastik makanan ringan yang terserak di sana sini. Tidak ada juga pedagang duren dan pedagang  kopi yang menggelar tikar berikut barang dagangannya, layaknya sebuah arena  pasar rakyat. Dengan aturan yang ditegakkan semua bisa dibereskan, apalagi jika diawasi oleh aparat bersenjata lengkap.
Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah selesai dengan aturan-aturan itu, karena persoalan baru justru bisa muncul karenanya. Dengarkanlah suara seorang ibu yang akhirnya memilih berjualan di pinggir jalan depan BIL, “tanak tebait, bedagang lek dalam ndek tebeng, anak ngelamar begawean ndekn teterimak, ape te bau gawek?” Jika diterjemahkan lontaran spontan itu berarti; tanah saya sudah diambil, mau jualan di dalam tidak diizinkan, anak saya melamar kerja ndak diterima, lantas apa yang bisa kami kerjakan?
Sang ibu adalah bekas pemilik lahan di BIL yang tidak tidak ikut dalam barisan ratusan pemuda lingkar bandara yang berdemonstrasi menuntut dipekerjakan, Senin (03/10). Tapi dia menaruh harapan aksi itu akan mebuahkan hasil dan pengelola BIL mau merespon dengan menerima tenaga kerja dari para pemuda  di lingkar bandara, termasuk anaknya. Dalam perkara ini, tentu saja para pihak yang berkepentingan dalam perekrutan tenaga kerja bisa berdalih bahwa ada aturan main yang harus ditaati, ada standar  dan prosedur yang berlaku. Jadi tidak bisa sembarangan.
Memang tidak ada yang salah dalam hal itu, bahwa aturan dan prosedur harus dijalankan untuk memperoleh tenaga-tenaga profesional. Akan tetapi harus diingat bahwa dalam proses pembebasan lahan bandara, selain dengan pendekatan tindakan represif—yang sempat menumpahkan darah warga--salah cara jitu pemerintah untuk memuluskan pembebasan lahan adalah menjanjikan para pemuda dari lingkar bandara untuk diprioritaskan bekerja di BIL. Dan janji itulah yang  kini dituntut pembuktiannya.
Mereka tentu saja tidak akan ngotot untuk menjadi pilot, pramugari atau manajer, yang mereka inginkan adalah bekerja pada pos-pos yang bisa mereka kerjakan. Mereka tak mau  jadi bahan tertawaan;  ngotot memaksakan kehendak bekerja yang tidak sesuai porsinya. Untuk itu mereka juga secara mandiri telah mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa bantuan pemerintah. Semangat mereka  jelas terlihat di sana, mereka ingin ikut  memiliki BIL dan bukan sekadar menjadi penonton.
Terkait dengan faktor keamanan yang selama ini dipertanyakan banyak kakalangan, kebijakan mempekerjakan para pemuda di lingkar BIL tentu saja akan menjawab keraguan itu. Setidaknya rasa perih yang masih disisakan para pemilik lahan yang terpaksa merelahkan tanahnya untuk proyek memajukan daerah itu akan bisa terobati manakala mereka melihat anak-anak mereka, para pemuda dari desa di lingkar bandara bisa terlibat menjadi pekerja di bekas lahan garapan mereka.
Saya kira tidak perlu melanggar aturan main untuk itu. Para pemuda di lingkar bandara memang pantas untuk turut merasakan manfaat dari pembangunan yang ada di kampung halaman mereka. Para pemuda itu dengan sendirinya akan bekerja sepenuh hati membuat BIL benar benar menjadi Bandara Internasional Lombok, bukan sekedar Bandara Inilah Lombok.


Kamis, 29 September 2011

Gadis Cantik Bagikan Bunga di Sidang Antasari

Liputan6.com, Jakarta: Ada yang tak biasa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Enam gadis cantik dari Gerakan Pemuda Antikorupsi membagi-bagikan bunga kepada pengunjung sidang peninjauan kembali (PK) mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar, Kamis (29/9).
Gadis-gadis yang berpostur tubuh mirip Rani Juliani tersebut mengenakan kaos bertuliskan Bebaskan Antasari Azhar. Mereka juga membagikan bunga mawar merah, satu buket bunga mawar putih dan crisen kepada aparat polisi yang tengah berjaga dalam persidangan tersebut.
Sidang PK kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen Iskandar kali ini beragendakan mendengarkan kesaksian dari pihak Rumah Sakit (RS) Mayapada dan Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto [baca: Sidang PK Antasari Hadirkan Saksi Paramedis].
Add caption
Para pendukung Antasari dengan berpakaian gamis bersama berbagai elemen masyarakat lainnya telah berkumpul di ruang sidang utama Oemar Seno Adji tempat terpidana 18 tahun tersebut menjalani sidang PK.(APY/ANS)